BAB I
PENDHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996).
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.
Kanker payudara merupakan salah satu keganasan yang menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dan menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia. Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Sebagian besar pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut atau stadium akhir, hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan tentang upaya deteksi dini kanker payudara.
Stadium dalam kanker, adalah untuk menggambarkan kondisi kanker, yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Dokter menggunakan test-test untuk menentukan stadium dari kanker. Jadi stadium belum bisa ditentukan apabila test-test itu belum komplit / selesai. Dengan mengetahui stadium, ini adalah salah satu cara yang membantu dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok untuk pasien.
1.2 Tujuan
Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang memahami dan mengerti tentang materi kanker payudara stadium I, II, III, dan IV khususnya untuk materi kanker payudara stadium I
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
2.2 Type Penyakit Kanker Payudara
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
1. Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu penghubung antara alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan puting payudara). Dalam bahasa kedokteran disebut ‘ductal carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
2. Kanker payudara invasive, kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
2.3 Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
2.4 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
7. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.
8. Obesitas pasca menopause.
9. Pemakaian alkohol.
10. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
11. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
12. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara.
13. Penyinaran.
2.5 Gejala dan Tanda
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
2.6 Pencegahan
Banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
2.7 Stadium Klinik
Klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara ada beberapa jenis. Mula-mula stadium klinik Stental yang membagi kanker payudara dalam 3 stadium, Portman membagi kanker payudara dalam 4 stadium, Manchester sistem yang juga membagi kanker payudara dalam 4 stadium, dan terakhir yang sekarang digunakan di hampir seluruh pusat ilmu kedokteran adalah klasifikasi TNM yang ditemukan oleh Denoix 1962. Berdasarkan sistem ini, diadakan stadium klinik I, II, III, dan IV dengan formula sebagai berikut: (Tjindarbumi, 1995)
1. Stadium I: T1a/bNoMo
T1a/bNoMo
2. Stadium II: ToN1bMo
T1a/bNIbMo
TIIa/bNo/1aMo
TIIa/bN1/bMo
TIIa/bNo/1aMo
TIIa/bN1/bMo
3. Stadium III: TIIINo-1Mo
TIIINII-IIIMo
TIVwith every Nmo
Every T with NII-IIIMo
4. Stadium IV: Tumor yang sudah lanjut
Keterangan:
- TIS: Carcinoma in situ adalah non infiltrating intraductal carcinoma atau paget's disease dimana tak teraba tumor.
- To: Tumor tak teraba, tetapi dapat dilihat pada mamografi
- T1: Tumor kurang dari 2 cm
- T1a: Tidak ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
- T1b: Adanya fixasi dengan fascia pectoralis atau otot
- T2: Tumor antara 2 sampai dengan 5 cm
- T2a: Belum adanya perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
- T2b: Sudah ada fixasi dengan fascia pectoralis atau otot
- T3: Tumor lebih dari 5 cm penampangnya.
- T3a: Belum ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
- T3b: Sudah ada fiksasi dengan fascia pectoralis atau otot
- T4: Tumor dengan segala ukuran dimana extensinya telah mencapai dinding toraks atau kulit (dinding toraks di sini termasuk iga otot-otot intercostal dan musculus serratus anterior tapi belum musculus pectoralis).
- T4a: Sudah ada fiksasi dengan dinding toraks
- T4b: Terdapat oedema, infiltrasi atau ulcerasi dari kulit payudara atau satelit nodul pada payudara yang sama.
- No: Kelenjar getah bening homolateral tak dapat diraba
- N1: Kelenjar getah bening homolateral dapat digerakkan
- N1a: Kelenjar getah bening dianggap tidak membesar
- N1b: Kelenjar getah bening dianggap dapat membesar
- N2: Kelenjar getah bening homolateral yang melekat satu sama lain atau pada jaringan sekitarnya.
- N3: Kelenjar getah bening supraclavicular homolateral atau infra claviculer homolateral atau oedema di lengan.
- Mo: Tidak terdapat metastase jauh
- M1: Sudah terdapat metastase jauh
2.8 Penanganan kanker payudara stadium I
Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan rencana pengobatan meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter.
Tapi berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker payudara :
1. Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan membersihkan jaringan disekitar tumor.
Jadi dokter akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian akan dilakukan terapi radiasi pada jaringan payudara yang masih ada.
Untuk keadaan tertentu ( misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
2. Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada.
Bila tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga, dokter akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, dan atau hormone terapi.
3. Sedang untuk kanker yang kambuh lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara. Ketika merencanakan pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor :
- Stadium dan grade kanker
- Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
- Umur pasien dan kesehatannya secara umum
- Pasien sudah menopause atau belum
- Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara memberi efek pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor ukurannya kecil tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya lambat.
2.9 Ciri-ciri kanker payudara stadium I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening.
Pada pengobatan kanker payudara ada 5 jenis pengobatan : pembedahan, radiasi , kemoterapi, terapi biologi dan terapi hormonal.
1. Pembedahan (operasi)
Mastectomy
Tujuan utama pembedahan pada kanker payudara adalah untuk membuang atau mengangkat jaringan kanker dan juga untuk menganalisa jenis, stadium, ukuran kanker, status hormone dan kemungkinan terjadinya metastasis. Hal lain yang menjadi prioritas bagi dokter bedah kanker adalah mencegah kemungkinan terjadinya kekambuhan pada kanker payudara. Ada beberapa pilihan operasi dan tentunya pilihan ini tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Jika operasi tersebut adalah mastektomi, maka operasi rekonstruksi payudara juga akan menjadi pilihan.
Melakukan diagnosis dengan operasi dilakukan untuk menentukan apakah memang terdapat kanker dan apakah telah terjadi penyebaran. Prosedurnya meliputi:
· Biopsy payudara
· Mengangkat nodus limfe
Lumpectomy
Terapi pembedahan standar yang digunakan untuk mengangkat kanker adalah:
· Lumpektomi (hanya mengangkat benjolan saja)
· Kuadrantektomi
· Mastektomi (sebagian, atau modifikasi)
Terapi radiasi atau yang lebih umum disebut penyinaran bekerja dengan merusak DNA sel yang tidak normal, menghentikan pertumbuhan dan mencegah pembelahan sel. Sel sehat yang berada pada sel kanker bisa jadi akan terpengaruh, namun akan segera pulih setelah terapi selesai. Seiring dengan perkembangan teknologi, terapi radiasi lebih tertarget dan lebih efektif.
Ada 2 jenis terapi penyinaran:
· penyinaran external
· penyinaran internal (brachytherapy)
3. Kemoterapi
Kanker disebabkan oleh perkembangan sel yang tidak terkendali dan target kemoterapi menyerang sel yang memiliki perkembangan sangat cepat. Pemberian kemoterapi dilakukan secara sistemik (melewati aliran darah) hal ini karena sel kanker juga bisa mengalami sistemik dalam penyebarannya, sehingga dapat menyebar keseluruh tubuh. Kemoterapi digunakan untuk membunuh sel kanker dan mencegah kekambuhan. Kemoterapi dapat digunakan pada setiap stadium kanker payudara. Meskipun biasanya kemoterapi digunakan pada stadium 2, 3 atau 4, banyak pasien kanker payudara stadium 1 yang juga mendapat manfaat dari kemoterapi.
Jadwal dan jenis kemoterapi:
· Ajuvant kemoterapi, kemoterapi yang diberikan setelah operasi dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa sel kanker.
· Neo-ajuvant, kemoterapi yang diberikan sebelum operasi dengan tujuan untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga pada saat operasi akan lebih mudah.
· Stem sel (sel punca) dan transplantasi sumsum tulang
Obat-obatan yang sering digunakan:
· Adriamicin (Doxorubicin dan Epirubicin)
· Cytoxan
· Methotrexate
· 5-Fluorouracil
· Paclitaxel (Taxol)
· Docetaxel (Taxotere)
Ada beberapa hal yang mungkin terjadi selama kemoterapi
· Efek samping kemoterapi seperti mual, muntah, rasa kelelahan, kerontokan rambut dan lain-lain
· Penurunan sel darah merah dan putih
· Frekuensi uji darah, kemungkinan akan lebih sering, hal ini dilakukan untuk memonitor kondisi darah.
· Transfusi darah dilakukan jika jumlah sel darah merah menurun dan diperlukan tambahan darah.
· Uji tumor marker
4. Terapi tertarget atau terapi biologi
Terapi ini dirancang untuk menghentikan proses yang berkontribusi pada pertumbuhan sel kanker. Beberapa obat yang digunakan adalah
· Lapatinib (Tykerb)
· Transtuzumabs (Herceptin)
· Bevacizumabs (Avastin)
5. Terapi Hormon
Kanker payudara biasanya tergantung pada perkembangan hormone estrogen. Terapi hormone anti estrogen mengakibatkan sel kanker terhambat perkembangannya sehingga mengakibatkan sel kanker mati. Terapi ini dapat diberikan sebelum operasi atau bersamaan dengan radiasi. Anda akan mengkonsumsi obat anti hormone selama 5 tahun untuk mencegah kekambuhan setelah anda menyelesaikan pengobatan primer .
Terapi hormone meliputi:
· Penghambat reseptor estrogen (Tamoxifen, Raloxifen)
· Penghambat aromatase (Aromasin, Arimidex, Femara)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit mematikan yang banyak menyerang wanita indonesia bahkan dunia, Banyak sekali faktor yang dapat menyebakan penyakit ini selain faktor keturunan obesitas picu kanker payudara juga. untuk itu perlu sekali pengetahuan tentang hal yang berhubungan dengan kanker payudara dan kenali gejala kanker payudara sejak dini.
Kebanyakan penderita kanker payudara adalah wanita di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Meskipun begitu ibu muda di bawah 40 tahun yang masih produktif bukan berarti terhindar dari penyakit ini karena kadar hormon Estrogen yang tinggi dari indung telur juga dapat memicu timbulnya kanker payudara.
Ada 5 pilihan pengobatan standar pada kanker payudara yaitu: pembedahan, radiasi , kemoterapi, terapi biologi dan terapi hormonal.
3.2 Saran
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Setelah dilakukan diagnosis dan penetapan stadium kanker payudara, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pilihan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tjahjadi, Gunawan,dkk, 1995 Patologyi Tumor Ganas Payudara. Bagian Patologi Anatomi. FKUI. Jakarta.
http://angga6688.wordpress.com/2009/07/13/tnm-penentuan-stadium-kanker-payudara/
http://tentangkanker.com/2011/pilihan-terapi-pada-kanker-payudara/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar