Rabu, 28 September 2011

The Power Of Love


THE POWER OF LOVE

Assalamu’alaikum wr.wb. (semoga bermanfaat)       
Ada kekuatan di dalam Cinta. Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat, karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.
            Dengan cinta manusia bisa menghasilkan hal-hal yang sangat menakjubkan di dunia ini. Taj Mahal di India, misalnya, adalah bukti Cinta Sang Raja pada permaisurinya.
            Suatu ketika seseorang sahabat bertanya kepada saya, apa itu cinta. Saya katakan, cinta tak perlu definisi (hehe.. ceilah), cinta itu perlu tindakan. Jadi action kita terhadap cinta itulah yang akan mendefinisikan Cinta itu sendiri. Tembok besar Tiongkok (The Great Wall of china) dibangun karena kekuatan cinta pula. Bangsa Tiongkok membuat tembok besar untuk membentengi negaranya.
            Ada kisah nyata, seorang nenek lumpuh sedang menjaga cucunya. Tiba-tiba terjadi kebakaran. Aneh, nenek lumpuh itu melompat seketika dan langsung membawa lari cucunya ke luar negeri. Itulah kekuatan Cinta. Begitupun ketika seorang wanita yang dikejar sekelompok berandal, mendadak bisa berlari kencang bahkan melompati pagar setinggi 1,5 m, yang tak mungkin ia lakukan dalam keadaan normal. Itu bukti kehebatan Cintanya pada diri sendiri.
            Kekuatan cinta memang dahsyat! Cinta bisa mendorong seseorang melakukan hal-hal yang sebelumnya tampak mustahil. Tak ada yang tidak mungkin dengan kekuatan cinta.
I <3 U
Memberikan cinta kepada orang lain, apalagi terhadap orangtua, istri/suami atau anak, wajib dilakukan. Sayangnya, banyak orang yang kini lupa atau enggan mengucapkan I love u. padahal, selain mendapat perhatian dengan tindakan, banyak juga orang yang ingin mendengarkan I love u dari orang yang mereka cintai.
Guiness World Records memberi gelar “pasangan dengan usia pernikahan terpanjang di dunia”. kepada Restu Fauziah dan…. Eh, lupa saya blm nikah.. ^^,.. maksud saya kepada Percy dan Florence Arrowsmith asal inggris, yang merayakan ulang tahun pernikahan ke-80 pada juni 2005. Resep Percy (105 th), ternyata hanya mengucapkan “Ya, Sayang”. Sedangkan istrinya Florence (100 th), punya rahasia sendiri “jangan pernah segan untuk meminta maaf dan selalu tunjukan perasaan sayangmu padanya”.
            Kata-kata positif seperti I love U, “Ya, sayang”, “ Aku sayang kamu” ^^__^^ hehe.. rupanya memiliki kekuatan yang luar biasa (The magic Word Of Love). Jika sudah lama tak pernah mengatakannya kepada orang yang Anda cintai, segera katakan padanya, mungkin ia sudah rindu dan ingin sekali mendengarnya.. Sahabat, Ungkapkanlah kata Cinta kepada Allah dalam setiap shalatmu, setiap nafasmu, setiap saat.. karna sungguh dialah Sang pemilik Cinta Sejati.. Wassalamu’alaikum.

Kanker Payudara Stadium 1



BAB I
PENDHULUAN

1.1  Latar belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996).
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4  (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.
Kanker payudara merupakan salah satu keganasan yang menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dan menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia. Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Sebagian besar pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut atau stadium akhir, hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan tentang upaya deteksi dini kanker payudara.
Stadium dalam kanker, adalah untuk menggambarkan kondisi kanker, yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Dokter menggunakan test-test untuk menentukan stadium dari kanker. Jadi stadium belum bisa ditentukan apabila test-test itu belum komplit / selesai. Dengan mengetahui stadium, ini adalah salah satu cara yang membantu dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok untuk pasien.

1.2  Tujuan
Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti Nugraha Subang memahami dan mengerti tentang materi kanker payudara stadium I, II, III, dan IV khususnya untuk materi kanker payudara stadium I
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

2.1   Pengertian
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.

2.2   Type Penyakit Kanker Payudara
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
1.    Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu penghubung antara alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan puting payudara). Dalam bahasa kedokteran disebut ‘ductal carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
2.    Kanker payudara invasive, kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.

2.3   Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.

2.4   Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :
1.    Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2.    Pernah menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3.    Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4.    Faktor genetik dan hormonal.
5.    Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
6.    Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
7.    Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.
8.    Obesitas pasca menopause.
9.    Pemakaian alkohol.
10.  Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
11.  Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
12.  DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara.
13.  Penyinaran.

2.5   Gejala dan Tanda
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

2.6   Pencegahan
Banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.

2.7   Stadium Klinik
Klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara ada beberapa jenis. Mula-mula stadium klinik Stental yang membagi kanker payudara dalam 3 stadium, Portman membagi kanker payudara dalam 4 stadium, Manchester sistem yang juga membagi kanker payudara dalam 4 stadium, dan terakhir yang sekarang digunakan di hampir seluruh pusat ilmu kedokteran adalah klasifikasi TNM yang ditemukan oleh  Denoix 1962. Berdasarkan sistem ini, diadakan stadium klinik I, II, III, dan IV dengan formula sebagai berikut: (Tjindarbumi, 1995)
1.    Stadium I: T1a/bNoMo
T1a/bNoMo
2.    Stadium II:   ToN1bMo
T1a/bNIbMo
TIIa/bNo/1aMo
TIIa/bN1/bMo


3.    Stadium III:  TIIINo-1Mo
TIIINII-IIIMo
TIVwith every Nmo
Every T with NII-IIIMo
4.    Stadium IV:   Tumor yang sudah lanjut

Keterangan:
  • TIS: Carcinoma in situ adalah non infiltrating intraductal carcinoma atau paget's disease dimana tak teraba tumor.
  • To: Tumor tak teraba, tetapi dapat dilihat pada mamografi
  • T1: Tumor kurang dari 2 cm
  • T1a: Tidak ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
  • T1b: Adanya fixasi dengan fascia pectoralis atau otot
  • T2: Tumor antara 2 sampai dengan 5 cm
  • T2a: Belum adanya perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
  • T2b: Sudah ada fixasi dengan fascia pectoralis atau otot
  • T3: Tumor lebih dari 5 cm penampangnya.
  • T3a: Belum ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot
  • T3b: Sudah ada fiksasi dengan fascia pectoralis atau otot
  • T4: Tumor dengan segala ukuran dimana extensinya telah mencapai dinding toraks atau kulit (dinding toraks di sini termasuk iga otot-otot intercostal dan musculus serratus anterior tapi belum musculus pectoralis).
  • T4a: Sudah ada fiksasi dengan dinding toraks
  • T4b: Terdapat oedema, infiltrasi atau ulcerasi dari kulit payudara atau satelit nodul pada payudara yang sama.
  • No: Kelenjar getah bening homolateral tak dapat diraba
  • N1: Kelenjar getah bening homolateral dapat digerakkan
  • N1a: Kelenjar getah bening dianggap tidak membesar
  • N1b: Kelenjar getah bening dianggap dapat membesar
  • N2: Kelenjar getah bening homolateral yang melekat satu sama lain atau pada jaringan sekitarnya.
  • N3: Kelenjar getah bening supraclavicular  homolateral  atau infra claviculer homolateral atau oedema di lengan.
  • Mo: Tidak terdapat metastase jauh
  • M1: Sudah terdapat metastase jauh
2.8   Penanganan kanker payudara stadium I
Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan rencana pengobatan meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter.
Tapi berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker payudara :
1.    Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan membersihkan jaringan disekitar tumor.
Jadi dokter akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian akan dilakukan terapi radiasi pada jaringan payudara yang masih ada.
Untuk keadaan tertentu ( misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
2.    Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada.
Bila tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga, dokter akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, dan atau hormone terapi.
3.    Sedang untuk kanker yang kambuh lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara. Ketika merencanakan pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor :
-          Stadium dan grade kanker
-          Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
-          Umur pasien dan kesehatannya secara umum
-          Pasien sudah menopause atau belum
-          Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara memberi efek pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor ukurannya kecil tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya lambat.

2.9   Ciri-ciri kanker payudara stadium I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening.
 

2.10   5 pengobatan standar pada kanker payudara
Pada pengobatan kanker payudara ada 5 jenis pengobatan : pembedahan,  radiasi , kemoterapi, terapi biologi dan terapi hormonal.
1.    Pembedahan (operasi)
http://tentangkanker.com/wp-content/uploads/2011/05/Mastectomy-300x217.jpg
Mastectomy
Tujuan utama pembedahan pada kanker payudara adalah untuk membuang atau mengangkat jaringan kanker dan juga untuk menganalisa jenis, stadium, ukuran kanker, status hormone dan kemungkinan terjadinya metastasis. Hal lain yang menjadi prioritas bagi dokter bedah kanker adalah mencegah kemungkinan terjadinya kekambuhan pada kanker payudara. Ada beberapa pilihan operasi dan tentunya pilihan ini tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Jika operasi tersebut adalah mastektomi, maka operasi rekonstruksi payudara juga akan menjadi pilihan.
Melakukan diagnosis dengan operasi dilakukan untuk menentukan apakah memang terdapat kanker dan apakah telah terjadi penyebaran. Prosedurnya meliputi:
·         Biopsy payudara
·         Mengangkat nodus limfe
http://tentangkanker.com/wp-content/uploads/2011/05/Lumpectomy.jpg
Lumpectomy
Terapi pembedahan standar yang digunakan untuk mengangkat kanker adalah:
·         Lumpektomi (hanya mengangkat benjolan saja)
·         Kuadrantektomi
·         Mastektomi (sebagian, atau modifikasi)
Terapi radiasi atau yang lebih umum disebut penyinaran bekerja dengan merusak DNA sel yang tidak normal, menghentikan pertumbuhan dan mencegah pembelahan sel. Sel sehat yang berada pada sel kanker bisa jadi akan terpengaruh, namun akan segera pulih setelah terapi selesai. Seiring dengan perkembangan teknologi, terapi radiasi lebih tertarget dan lebih efektif.
Ada 2 jenis terapi penyinaran:
·         penyinaran external
·         penyinaran internal (brachytherapy)
3.    Kemoterapi
Kanker disebabkan oleh perkembangan sel yang tidak terkendali dan target kemoterapi  menyerang sel yang memiliki perkembangan sangat cepat. Pemberian kemoterapi dilakukan secara sistemik (melewati aliran darah) hal ini karena sel kanker juga bisa mengalami sistemik dalam penyebarannya, sehingga dapat menyebar keseluruh tubuh. Kemoterapi digunakan untuk membunuh sel kanker dan mencegah kekambuhan. Kemoterapi dapat digunakan pada setiap stadium kanker payudara. Meskipun biasanya kemoterapi digunakan pada stadium 2, 3 atau 4, banyak pasien kanker payudara stadium 1 yang juga mendapat manfaat dari kemoterapi.

Jadwal dan jenis kemoterapi:
·         Ajuvant kemoterapi, kemoterapi yang diberikan setelah operasi dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa sel kanker.
·         Neo-ajuvant, kemoterapi yang diberikan sebelum operasi dengan tujuan untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga pada saat operasi akan lebih mudah.
·         Stem sel (sel punca) dan transplantasi sumsum tulang

Obat-obatan yang sering digunakan:
·         Adriamicin (Doxorubicin dan Epirubicin)
·         Cytoxan
·         Methotrexate
·         5-Fluorouracil
·         Paclitaxel (Taxol)
·         Docetaxel (Taxotere)

Ada beberapa hal yang mungkin terjadi selama kemoterapi
·         Efek samping kemoterapi seperti mual, muntah, rasa kelelahan, kerontokan rambut dan lain-lain
·         Penurunan sel darah merah dan putih
·         Frekuensi uji darah, kemungkinan akan lebih sering, hal ini dilakukan untuk memonitor kondisi darah.
·         Transfusi darah dilakukan jika jumlah sel darah merah menurun dan diperlukan tambahan darah.
·         Uji tumor marker
4.    Terapi tertarget atau terapi biologi
Terapi ini dirancang untuk menghentikan proses yang berkontribusi pada pertumbuhan sel kanker. Beberapa obat yang digunakan adalah
·         Lapatinib (Tykerb)
·         Transtuzumabs (Herceptin)
·         Bevacizumabs (Avastin)
5.    Terapi Hormon
Kanker payudara biasanya tergantung pada perkembangan hormone estrogen. Terapi hormone anti estrogen mengakibatkan sel kanker terhambat perkembangannya sehingga mengakibatkan sel kanker mati. Terapi ini dapat diberikan sebelum operasi atau bersamaan dengan radiasi. Anda akan mengkonsumsi obat anti hormone selama 5 tahun untuk mencegah kekambuhan setelah anda menyelesaikan pengobatan primer .
Terapi hormone meliputi:
·         Penghambat reseptor estrogen (Tamoxifen, Raloxifen)
·         Penghambat aromatase (Aromasin, Arimidex, Femara)



BAB III
PENUTUP


3.1      Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit mematikan yang banyak menyerang wanita indonesia bahkan dunia, Banyak sekali faktor yang dapat menyebakan penyakit ini selain faktor keturunan obesitas picu kanker payudara juga. untuk itu perlu sekali pengetahuan tentang hal yang berhubungan dengan kanker payudara dan kenali gejala kanker payudara sejak dini.
Kebanyakan penderita kanker payudara adalah wanita di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Meskipun begitu ibu muda di bawah 40 tahun yang masih produktif bukan berarti terhindar dari penyakit ini karena kadar hormon Estrogen yang tinggi dari indung telur juga dapat memicu timbulnya kanker payudara.
Ada 5 pilihan pengobatan standar pada kanker payudara yaitu: pembedahan,  radiasi , kemoterapi, terapi biologi dan terapi hormonal.

3.2      Saran
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Setelah dilakukan diagnosis dan penetapan stadium kanker payudara, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pilihan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi tersebut.




DAFTAR PUSTAKA


Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Tjahjadi, Gunawan,dkk, 1995 Patologyi Tumor Ganas Payudara. Bagian Patologi Anatomi. FKUI. Jakarta.

http://angga6688.wordpress.com/2009/07/13/tnm-penentuan-stadium-kanker-payudara/


http://tentangkanker.com/2011/pilihan-terapi-pada-kanker-payudara/

Senin, 26 September 2011

Asuhan Kebidanan Bayi baru lahir "Labioskizis dan palatoskizis"

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah labioskizis dan labiopalatoskizis.

1.2 Tujuan
a.  Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu Labioskizis dan labiopalatosskizis
b.   Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaannya.
c.   Merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.


BAB II
ISI

2.1 Definisi
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010)
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. (sumber :   )
     
2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
  1. palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
  2. palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
  3. suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
  4. terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
2.3 Etiologi
            Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut.
·         Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
·         Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
·         Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
·         Faktor keturunan.
·         Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
·         Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
·         Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.

2.4 Faktor Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.

2.5 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.



2.6 Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga
           
Risiko sumbing pada anak berikutnya
Risiko labioskizis dengan atau tanpa palatoskizis (%)
Risiko palatoskizis (%)
- bila ditemukan satu anak  menderita sumbing


- Suami istri dan dalam keturunan tidak ada yang sumbing.
2-3
2
- dalam keturunan ada yang sumbing
4-9
3-7
- Bila ditemukan dua anak menderita sumbing
14
13
- salah satu orangtuanya menderita sumbing
12
13
- Kedua orangtuanya menderita sumbing.
30
20


2.7 Komplikasi
            Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah :
·         Otitis media
·         Faringitis
·         Kekurangan gizi.
·         10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah bicara, misalnya suara sengau.

2.8 Penatalaksanaan
1.      Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
2.      bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles). Untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3.      dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah.
4.      tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.

2.9 Syarat Labioplasti (Rule of Ten)
·         umur 3 bulan atau > 10 minggu.
·         Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon
·         Hemoglobin > 10 gram/dl
·         Hitung jenis leukosit < 10.000

2.10 Syarat Palatoplasti
Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 th.
1. jika sengau harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara)
2. jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.

Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung dipersempit dengan membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut.
·         menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih
·         bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua tangannya.
·         Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur saring selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
·         Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.

BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
            Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara.

3.2 Saran
Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan pendekatan kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarti, M.Kes, Khoirunnisa Endang, SST.Keb, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.